Hari itu, langit terlihat berawan, mencerminkan hati yang sedang murung. Ada seorang anak laki-laki yang berjalan-jalan di kota kecil tempat tinggalnya itu. Anak lelaki ini bernama Xander, ia terlihat heran dan kebingungan. Karena saat ia meminta tolong dan bertanya kepada beberapa orang di sekitarnya mereka mengabaikannya. Seolah-olah orang-orang yang ia tanyai tidak bisa melihatnya. Ia tetap berjalan sendirian, merasa sedih karena tidak ada seorangpun yang mau membantunya. Xander berjalan menuju ke taman bermain di dekat situ. Xander pun duduk perlahan di salah satu ayunan di situ, air matanya seperti ingin mengalir dari matanya saat hampir hilang harapan, seorang gadis menghampirinya dengan muka terheran-heran.

“Hai, apa kamu baik-baik saja?” sapa gadis itu sambil tersenyum tulus. Xander terkejut dan sempat berkedip beberapa kali untuk memastikan yang ia lihat dan dengar benar, bahwa ada yang menghampiri dan menyapanya. Xander pun memiringkan kepalanya ke samping sedikit dan melihat ke arah gadis itu. “Kurasa begitu.. kamu bisa melihatku?” tanya Xander dengan nada tidak percaya dan penuh kebingungan. “Tentu saja! kenapa tidak?” Jawab gadis itu dengan senyuman ramahnya dan sedikit ekspresi bingung terpancar di wajahnya.

Xander yang masih tidak percaya pun mengatakan yang terjadi, bahwa semua orang mengabaikannya saat ia berbicara, bertanya, dan minta tolong pada mereka. Gadis itu menggapai dan memegang tangan Xander dengan cukup erat. Xander nampak terkejut dan melihat ke arah muka gadis itu. “Aku Lyra, dan aku berjanji untuk tidak akan mengabaikanmu karena sekarang kita adalah teman!” ucap Lyra dengan suaranya yang riang dan senyum gembiranya. Itu membuat Xander terkejut, “teman?..” tanyanya kebingungan. Lyra mengangguk dengan senang, “Iya! aku akan menjadi temanmu! Kita akan bermain bersama-sama!” balasnya dengan semangat. Setelah itu Xander dan Lyra pun sering bertemu di taman itu dan bermain bersama. Lyra begitu senang karena sekarang dirinya mendapat teman baru, sama hal nya dengan Xander. Dia pun tidak merasa diabaikan lagi dengan adanya Lyra sebagai temannya.

Hari berganti minggu, mereka masih bermain bersama di taman itu, mereka bahkan sekarang menjadi semakin dekat. mereka membuat sebuah gelang untuk menandakan pertemanan mereka. Namun saat bermain Ibu Lyra menghampiri mereka yang sedang bermain bersama. Sang ibu terlihat bingung dan bertanya pada Lyra, “Kamu sedang berbicara dengan siapa Lyra?” tanya sang Ibu. Lyra pun menarik tangan Xander dan berlari menuju Ibunya. “Ini teman yang ku beri tau Ibu waktu itu! Namanya adalah Xander bu, Ibu ingatkan? Namun Ibu Lyra pun mengatakan bahwa ia tidak tahu siapa yang sedang Lyra bicarakan. Lyra pun bersikeras memberitahu ibunya kalau temannya, Xander berada di sebelahnya. Namun Xander tiba-tiba memegang tangan Lyra dan menghentikannya berbicara. Sat Lyra menoleh, tiba-tiba waktu seakan berhenti beberapa detik dan Xander menyentuh dahinya. Xander tersenyum pada Lyra yang kebingungan. “Sampai bertemu lagi Lyra, aku harus pergi dulu” ucap Xanxer. Seketika semua menjadi terang dan Lyra pun terjatuh pingsan membuat Ibunya khawatir. Yang ada dipikirannya saat itu sebelum ia sepenuhnya pingsan hanyalah “Apa yang sebenarnya terjadi?..”

Beberapa hari kemudian Lyra mengedipkan matanya dan perlahan membuka matanya. Ia melihat langit-langit ruangan dimana dia berada dan melihat ke kanan kiri. Butuh beberapa saat untuk dirinya menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit. Ia mengerang sedikit kesakitan sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba seseorang melangkah ke arahnya. “Oh sayang kamu akhirnya sadar!” ucap wanita yang tadi berjalan ke arahnya dan sekarang memegang tangan kirinya dengan erat dan hati-hati. Ternyata itu adalah Ibunya Lyra yang telah menemani Lyra di rumah sakit. “Kamu waktu itu pingsan dan koma selama hampir dua hari sayang, untung saja kamu baik-baik saja” kata Ibunya Lyra sambil menghela nafas lega. 

Lyra mengelus-elus pundak ibunya untuk menenangkannya. Ia pun perlahan duduk dan mulai mengingat sesuatu dan bertanya, “Ibu, dimana Xander teman ku?”. Saat sang Ibu akan menjawab dokter yang masuk lalu memotong ibunya berbicara, “Anak lelaki seusiamu yang bernama Xander itu ada di rumah sakit ini juga, dia sudah berada dalam keadaan koma dari beberapa bulan lalu yang diakibatkan kecelakaan”. Lyra pun bingung sambil melihat ke arah sang Dokter. “Tapi, aku bertemu dengannya beberapa minggu lalu Dok. Dia terlihat baik-baik saja” jawab Lyra yang kemudian dipotong oleh sang Dokter, “Itu benar, itu adalah hal yang saya bingungkan juga, namun saya menemukan bahwa kamu bisa melihat rohnya. Orang yang biasanya dalam keadaan koma tidak tahu bahwa mereka dalam posisi tersebut, roh mereka pun berjalan-jalan seperti semuanya baik-baik saja.”. Rasa shock menghantam Lyra. Dia belajar bahwa dia memiliki kemampuan unik, melihat roh anak lelaki itu yang mengira dirinya telah sembuh. Sejak saat itu, Lyra berjanji untuk tetap berdoa agar anak lelaki itu dapat bangun dari komanya.

Tahun-Tahun pun telah berlalu. Sekarang Lyra sudah berusia 18 tahun. Ia sedang berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Sebelum ia berhenti dan melihat ke sebelah kirinya. Itu adalah taman bermain yang dulu sangat sepi dan merupakan tempat ia pertama kali bertemu dengan Xander. Sekarang taman bermain itu tampak lebih hidup dan berwarna dengan anak-anak yang bermain di sana. Dia mendongak ke arah pohon yang hijau dan rimbun sambil tersenyum dan menghirup udara segar. Seketika ia merasakan tangannya di gandeng seseorang, Ia pun menoleh kesamping nya dan melihat sosok lelaki. Lelaki itu adalah Xander, lelaki yang dulu tergeletak koma dan tak sadarkan diri di rumah sakit, sekarang sudah pulih dan sehat kembali. “Mau jalan bersama?” tanya Xander dengan senyum hangat dan nada lembut. Lyra mengangguk sambil tersenyum manis, “Tentu saja, mari” katanya. Setelah itu Lyra dan Xander pun menjadi dekat.

(Kontributor: Rosa Mayliana Susanto, Siswi XI.5, SMA Santa Maria Surabaya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here