Namanya hanyalah kata tertaut dalam susunan aksara. Aku kembali bertanya akankah kami bersama? Ku ucapkan namanya dalam banyak doa hingga sang Batara mulai lelah. Mencoba ciptakan asmaraloka yang amerta namun nyatanya fatamorgana.

Aku dan kamu adalah dua daksa yang sedang bermain di bawah indahnya asmaraloka. Membayangkan Harsa yang indah di dalam dekap sang Aruna. Namun aku hanya jingga sang senja yang menjadi pelarian sang Baswara. Berharap menjadi bena yang selalu disambut mesra sang segara.

Sialnya semua terasa nyata, senyumnya tetap mencari cerita walau hanya sebatas goresan tinta. Nestapa tergores dalam Atma membawa luka yang lara. Dan aku merasa iri pada Kartika yang dicintai sedalam samudra oleh sang Candra. Nahasnya aku hanya bisa merapal elegi dengan penuh sirat lara.

(Kontributor: ~Rnj. B, Siswi XI 3 SMA Santa Maria Surabaya)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini