“Mengatasi kemiskinan bukan sebuah sikap amal. Itu merupakan tindakan keadilan. Itu merupakan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang fundamental,hak atas martabat dan kehidupan yang layak. Selagi kemiskinan berlanjut,tidak ada kemerdekaan sejati.” (Nelson Mandela,Tokoh revolusioner dan mantan presiden Afrika selatan).
Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, mendengar kata kemiskinan tentu sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Kemiskinan sendiri adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Sejak tiga tahun terakhir,data menunjukkan bahwa jumlah angka kemiskinan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 angka kemiskinan meningkat sebanyak 0.56 % dari tahun sebelumnya, Sehingga jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 26.42 juta orang atau setara dengan 9.78% dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi ini tentu sesuatu yang sangat mengiris hati kita semua, dimana negara belum bisa mengantarkan seluruh rakyat Indonesia ke dalam pintu gerbang kemerdekaan ekonomi dan kesejahteraan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya lonjakan angka kemiskinan adalah meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Kondisi ini terjadi karena jumlah tenaga pencari kerja tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di lapangan. Disamping itu, peningkatan angka kemiskinan ini tentu diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap stabilitas ekonomi Indonesia secara nasional.
Permasalahan di atas menimbulkan berbagai permasalah aktual, bahkan tragis di berbagai lini kehidupan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Seperti banyak siswa yang putus sekolah akibat tidak mampu membayar biaya sekolah. Tidak terjamin pemenuhan gizi anak Indonesia dan pemenuhan kesehatan. Banyak orangtua siswa yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Kondisi ini dalam jangka waktu tertentu akan mempengaruhi kualitas generasi Indonesia sebagai investasi penunjang kemajuan Indonesia ke depan. Untuk itu, pemecahan persoalan ini harus dilakukan dari hal mendasar secara bersama dan secara berkelanjutan dengan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat.
Mengapa di era yang serba digital ini masih kerap ditemukan permasalahan kemiskinan? Adapun solusi yang penulis dapat berikan atas pertanyaan tersebut adalah:
Pertama, Merancang kurikulum yang tak hanya berorientasi kepada Teori melainkan praktik. Penulis,Sebagai seorang siswa pun setuju bahwa seharusnya sekolah merancang kurikulum yang tak hanya berorientasi kepada Teori melainkan praktik seperti berwirausaha. Guru dapat merancang setiap pembelajaran agar bisa memberikan wawasan baru khususnya mengenai dunia wirausaha ataupun bekerja.Para guru harus mendorong siswa untuk bisa melihat peluang dan memanfaatkan ilmu yang dipelajari untuk berwirausaha dengan mengaitkan seluruh materi pembelajaran dengan praktik-praktik wirausaha digital ataupun manual.
Kedua, memfasilitasi praktik wirausaha secara digital di sekolah.
Pemerintah pusat dapat memfalilitasi siswa untuk berwirausaha sejak duduk dibangku SMA sederajat.Di era yang serba didukung dengan kemajuan teknologi, tentu saja para siswa perlu menguasai kemampuan di dalam menguasai serta memanfaatkannya untuk mencari keuntungan di dalamnya. Dengan memberikan fasilitas dalam praktik wirausaha secara digital, maka secara tidak langsung sekolah pun turut membantu siswa di dalam mempersiapkan masa depannya. Dengan adanya keuntungan yang diperoleh melalui kemampuan wirausahanya, siswa dapat mulai membantu orangtuanya di dalam meringankan biaya-biaya kecil seperti sederhananya uang jajan.
Ketiga, sekolah membentuk komunitas berwirausaha digital. Setiap sekolah tentu memiliki sebuah organisasi yang sangat bermanfaat di dalam membantu menjalankan kegiatan sekolah.Tetapi menurut penulis justru sekolah juga perlu membentuk komunitas berwirausaha digital yang berisi murid ataupun juga bisa para guru yang memiliki potensi khususnya di bidang berwirausaha. Dengan adanya komunitas ini,Siswa yang sebelumnya sama sekali tidak mengetahui mengenai wirausaha digital diharapkan dapat semakin berkembang. Di dalam komunitas wirausaha digital,Para anggota dapat saling membantu anggota lain ataupun siswa lain di dalam mengembangkan serta berkonsultasi mrngenai hambatan yang dihadapi. Sehingga dengan adanya komunitas ini dapat membuat banyak pihak semakin produktif dan berkembang.
Berdasarkan berbagai pemaparan di atas dapat penulis menarik simpulan bahwa seharusnya sekolah sebagai lembaga pendidikan dasar bagi para siswa dapat memfasilitasi siswa di dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja melalui melakukan praktik wirausaha secara digital dan tak hanya berputar kepada teori pembelajaran saja. Dan angka pengangguran dapat ditekan jika pencari kerja berkurang, maka secara otomatis hal ini akan menekan angka kemiskinan menjadi sedikit.
Tak hanya peran pemerintah serta sekolah, tapi peran masyarakat juga sangat penting di dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan. Jika semua pihak dapat bekerja keras secara bersama-sama terutama dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin mendukung, penulis yakin Indonesia bebas dari permasalahan soal kemiskinan dalam pendidikan.
(Kontributor: Jessica Julian, Siswi XII IPS 3, SMA Santa Maria Surabaya)
gambar: www.google.com