“Yang diperlukan bukanlah suatu bakat istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang kuat untuk mau terus belajar membangun kebiasaan menuangkan setiap gagasan melalui tulisan.” ( Andrias Harefa, Penulis 30 Buku Laris).
Mendengar ungkapan pers sekolah, bisa jadi yang mencuat di benak para siswa adalah dunia jurnalistik, tulis-menulis, atau malah yang terlintas di pikiran mereka adalalah sosok seorang jurnalis. Sosok seorang jurnalis yang gigih melakukan wawancara, mengejar berita, hingga tanpa kenal waktu bergumul di depan setumpuk tulisan. Sosok seorang jurnalis yang harus bertindak objektif dan harus bisa menginspirasi banyak orang lewat karya tulisnya.
Bila diamati, geliat perkembangan pers sekolah saat ini telah memasuki tahap yang menggembirakan. Dalam perkembangannya, pers sekolah sudah menjadi sarana kultural untuk mentransformasikan segenap informasi. Mulai dari bentuk pengetahuan intra sekolah, ekstra sekolah hingga sebagai wadah utama penyalur segala aspirasi dan informasi di dalam komunitas tersebut. Pers sekolah telah mampu menyampaikan nilai-nilai pengetahuan yang lebih bagi pembacanya, bagi guru, karyawan, dan siswa.
Penyampaian aspirasi ini diperlukan sebagai upaya membangun media komunikasi sekolah yang baik. Sebagai misal, memiliki sebuah media cetak atau media online sekolah seperti majalah, tabloid, koran dinding, atau bentuk media berita online, tentunya akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi komunitas sekolah tersebut. Ada karya nyata yang dihasilkan dan yang jelas banyak keuntungan yang dapat diperoleh bagi sekolah itu. Bukan saja memberi peluang bagi mereka yang memiliki bakat di bidang tulis-menulis, tetapi bidang-bidang lain yang terkait dengan dunia media, komunikasi, dan teknologi.
Namun, yang menjadi pokok permasalahan adalah usia produktif para siswa yang sangat pendek bahkan bisa dikatakan setiap tahun selalu berganti susunan redaksi atau berganti pengelola media serta selalu muncul tenaga baru untuk memulai menimba pengalaman di bidang jurnalistik. Belum lagi, bilamana terjadi pergantian pembina atau pembimbingnya, maka tidak ada jaminan media sekolah tersebut akan terus berlanjut.
Akan tetapi, sebagai oase pembibitan jurnalis-jurnalis muda masa depan di sekolah, pers sekolah merupakan tempat yang sangat tepat. Oleh karena, di situlah para siswa dilatih bertanggung jawab, berdisiplin, dan bersosialisasi. Tentu saja mereka bukan sekadar dilatih keterampilan menulis semata, tetapi juga belajar disiplin mengelola dan menerbitkan media secara konsisten dan berstandar jurnalistik. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa mereka pun juga harus mengutamakan pelajaran yang menjadi fokus utamanya.
Hanya memang tidak bijaksana, apabila kegiatan pers sekolah lalu dipaksakan tanpa ada alasan yang bisa dimengerti dan bahkan sampai pada tataran “membelenggu” para siswa itu sendiri. Bila ini terjadi, maka bukan lagi semangat dan kerja keras yang muncul, tetapi sebaliknya mereka menjadi tidak kreatif dan hanya sekadar memenuhi sebuah kegiatan ekstrakurikuler semata. Bagaimanapun kebebasan berpikir merupakan langkah awal untuk mengembangkan kreativitas para siswa. Melalui kebebasan ini para siswa dilatih kedewasaannya untuk tetap memiliki komitmen tinggi, bertanggung jawab, disiplin, bekerja sama, mampu bersosialisasi sehingga mereka akan bertindak secara profesional yang nantinya dibutuhkan dalam dunia kerja yang kian kompetitif ke depannya.
Hal yang terpenting sekarang adalah bagaimana menjelaskan dan menunjukkan tentang segi-segi menarik yang berkaitan dengan kegiatan pers sekolah itu. Pendeknya, mereka harus mengetahui bahwa dunia pers bukanlah dunia yang berdiri sendiri. Dunia pers saling berkaitan dengan dunia lain. Menggeluti dunia pers sekolah memang diharapkan akan bisa melahirkan pribadi-pribadi yang terampil dan mahir dalam menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena, keterampilan menulis memiliki kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sudah tentu, bukan semata-mata untuk mencetak seorang jurnalis yang “kebanyakan” kurang diharapkan oleh para orangtua mereka. Namun, pada hakikatnya adalah menulis merupakan cara yang paling efektif untuk belajar. Belajar tentang apa saja yang kita harapkan. Tidak hanya membuat berita saja. Termasuk tentang pelajaran sekolah pun, kita menjadi sangat bisa memahami, jika kita sudah terbiasa menuangkan sebuah persoalan ke dalam bentuk tulisan. Bahkan seseorang yang ingin mahir dalam bidang mata pelajaran Sains pun, seperti, Matematika, Fisika, Kimia harus rajin berlatih soal dan hal ini tentu harus dituliskan, bukan dibayangkan atau dibaca saja.
Begitu pula kegiatan ini diharapkan nantinya bisa menghasilkan penulis-penulis yang andal di bidangnya masing-masing. Setiap kata atau kalimat memiliki pengertian yang sudah harus bisa dipahami dulu oleh penulisnya. Hati nurani seorang penulis akan terasa berat apabila terpaksa harus mengarang atau menuliskan sesuatu yang tidak bisa dipahami. Seseorang yang banyak menulis akan semakin banyak membaca. Hampir tidak mungkin orang yang menulis tanpa ada aktivitas membaca. Bahkan orang yang menulis tanpa mau membaca bacaan-bacaan yang bersesuaian, dapat dipastikan tulisannya tidak ada isinya karena akan bermain kata-kata saja atau imajinasi semata.
Bentuk aktivitas lain dari pers sekolah tentu saja berkaitan dengan kegiatan lain yang mendukung seperti dunia fotografi. Sangat ideal sekali jika di sekolah yang memiliki pers sekolah atau memiliki ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler fotografinya juga. Mengingat, fotografi sekarang tidak lagi direpotkan dengan kamar gelap. Laboratorium foto sekarang sudah bisa diambil alih oleh komputer dan kamera digital yang saat ini bukan lagi menjadi barang mewah. Bahkan dengan telepon seluler yang dilengkapi kamera digital pun bisa dimanfaatkan untuk mengabadikan setiap kejadian di sekolah.
Berkaitan dengan ini, kegiatan pers sekolah menjadi kegiatan yang menarik bagi para siswa. Mereka bukan hanya hanya bisa terampil menulis, tetapi lebih jauh lagi mereka pun mampu menggunakan sarana komputer untuk membuat desain grafis, layout, editing, tata letak, komposisi, dan lain-lain. Sungguh, ini sebuah “keajaiban” bagi siswa yang terlahir di era Iptek sekarang ini. Hal ini sudah tentu sangat bersesuaian dengan semangat pendidikan berkompetensi dan berkompetisi bagi siswa. Oleh karena, dengan menguasai salah satu keterampilan berkaitan dengan kebutuhan pers sekolah saja, ternyata sudah memberikan jaminan kehidupan bagi masa depan siswa yang lebih baik ke depannya. Akhirnya, pers sekolah media pembelajaran yang efektif.
(Kontributor: F.X.Rudy Prasetya. Tulisan ini pernah dimuat di salah satu media cetak ternama).