“Penampilan luar orang belum tentu menggambarkan pribadinya, bahkan seringkali kita terkecoh kalau hanya melihat penampilan seseorang. Bukankah kita sering melihat orang yang tampaknya sopan dan halus, ternyata tabiatnya suka menghasut.” (Achmad Mustafa Bisri)

Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, tata krama merupakan pendidikan dasar yang harus dimiliki oleh seluruh wargakhususnya bagi anak-anak muda. Anak-anak dengan usia dini, khususnya harus sudah mendapatkan pendidikan mengenai tata krama dan hal tersebut didapatkan oleh mereka melalui orang tua. Menurut Setiawan (2018), pemberian pendidikan PAUD sangat penting dan merupakan dasar pondasi dasar belajar anak. Sehingga, sebagai pondasi belajar anak, pendidik dapat menanamkan pendidikan kepada tata krama sebagai dasar untuk anak dalam berperilaku.

Ke depannya anak-anak yang akan beranjak menjadi penerus bangsa ini memiliki pendidikan yang cukup dan dapat berperilaku atau memiliki tata krama yang cukup baik,na tanpa adanya pendidikan berkualitas, maka edukasi mengenai tata krama tidak akan berpengaruh kepada seseorang begitu pun sebaliknya.

Sejak dahulu kala Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang memiliki tata krama atau nilai kesopanan dan keramahan yang tinggi, sehingga walaupun perkembangan zaman semakin meluas dan tidak terhenti bukan menjadi penghalang bagi masyarakatnya untuk terus berperilaku baik kepada sesama. Tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh dari perkembangan zaman adalah masyarakatnya yang masih belum bisa dengan bijak untuk menyaring pengaruh-pengaruh dari budaya luar yang tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia. Sehingga menjadikan perkembangan zaman tersebut dinilai buruk secara keseluruhan, tetapi jika ditelusuri lebih lanjut hal yang membuat perkembangan tersebut buruk adalah penggunanya sendiri.

Berdasar pada Sebuah riset yang dilakukan oleh Microsoft sepanjang 2020 membuktikan bahwa netizen Indonesia adalah warganet paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Riset ini ditulis dalam laporan Digital Civility Index (DCI). Disebutkan bahwa netizen Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 dalam survei tingkat kesopanan bermedia Sosial.

Dalam perkembangannya anak muda Indonesia mengalami dampaknya, seperti adanya sifat materialis membuat adanya pikiran yang menganggap bahwa memiliki segalanya yaitu uang, kekuasaan, dan lain-lainnya lebih penting daripada memiliki tata krama yang baik untuk kehidupan sehari-hari, karena mereka menganggap bahwa semuanya dapat dikuasai atau dimiliki hanya dengan uang. Selain itu juga adanya sifat egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri, membuat pribadi tersebut tidak bisa bersosialisasi dalam masyarakat luas. Hal tersebut dapat juga dipengaruhi oleh minimnya pendidikan dan edukasi dari orang tua ataupun dari pendidik dalam bertata krama sehingga dalam pertumbuhannya akan lebih susah untuk memikirkan orang lain.

Meskipun demikian anak muda Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia, maka dari itu sudah seharusnya masyarakat Indonesia bisa memaknai cara bertata krama yang baik dan yang sebagaimana adanya. Seperti  mengadakan pembelajaran sekolah untuk para orangtua yang berencana ataupun yang sudah memiliki anak newborn sehingga para orangtua dapat mengerti bagaimana cara mengajarkan tata krama dari anak tersebut masih kecil hingga beranjak dewasa. Jikapun anak tersebut sudah dewasa dan para orangtua merasa telat untuk memberikan pembelajaran mengenai tata karma yang “benar”, maka bisa juga diadakan tes eksperimen sosial untuk mengetahui seberapa mereka menghargai masyarakat sekitarnya.

Walaupun seperti yang kita tahu bahwa pengajaran tata krama yang benar adalah hal yang relatif, tetapi kita tetap bisa mengukur seseorang hanya dengan mengucapkan kata “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”. Karena tiga kata tersebut bisa diukur sebagai hal mendasar dalam pembelajaran tata krama untuk menghargai seseorang. Maka dari itu, jika seseorang belum terbiasa atau bahkan tidak pernah mengucapkan hal tersebut kita bisa memberikan latihan eksperimen seperti dalam membantu seseorang yang tidak kita kenal untuk membawa barang belanjaannya, ataupun untuk menyeberangi jalan. Dengan begitu seseorang dapat terbiasa untuk mengatakan tiga kata kunci yang sudah disebutkan d iatas.

(Kontributor: Patricia Pasha Kirana, Siswi XII IPS 3, SMA Santa Maria Surabaya)

Daftar pustaka:

Yayan. 2022. Survei Membuktikan, Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan. (https://ruzka.republika.co.id/posts/168390/survei-membuktikan-netizen-indonesia-paling-tidak-sopan)

Fadhilah, Alya N. (2021). Pendidikan Tata Krama Untuk Anak Usia Dini. (http://riset.unisma.ac.id/index.php/thufuli/article/download/13695/10643)

Islam, Sultan N. C., Alhaqqa, Jaka Y., & Supriyono. (2021). Pandangan Pemuda Terhadap Pentingnya Tata Krama dan Budaya Pendidikan Anak Usia Dini. (https://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb/article/download/3411/2374)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini