Surabaya, KrisanOnline.com – Krisanis, kisah saya ini berkaitan saat saya mengikuti Olimpiade Bahasa Jeman. Saat itu saya mengikuti Olimpiade Bahasa Jerman karena saya memang tertarik pada pelajaran bahasa Jerman saat saya masih kelas X SMA. Oleh karena itu, pada awal kelas X saya memutuskan untuk mengikuti ekstrakurikuler Bahasa Jerman di sekolah.
Saat saya mengikuti ekskur tersebut, saya merasa “takut” ketika masuk pertama kali. Mengingat di kelas ekskur itu, ternyata banyak kakak kelas XI. Sementara saya hanya berdua dengan teman satu angkatan. Namun, seiring perjalanan waktu, saya pun menjadi terbiasa dan mengenal satu sama lain.
Saat saya duduk di kelas XI, saya ingin melanjutkan ekskur Bahasa Jerman kembali agar saya dapat menambah wawasan lebih luas lagi dan dapat mengikuti kegiatan Olimpiade Bahasa Jerman. Pada bulan September, Ibu Sandra selaku guru ekskur Bahasa Jerman memberi kabar bila kompetisi Olimpiade Bahasa Jerman akan diadakan pada bulan November.
Kala itu, peserta yang akan mengikuti kompetisi Olimpiade Bahasa Jerman ada 8 orang. Terdiri dari 2 anak kelas X dan 6 anak kelas XI. Pada saat itu juga, kami dibagi menjadi 2 level, yaitu A1 dan A2. Setelah pembagian level, ternyata saya tergabung di level A2. Saya sadar tergabung di level A2 itu lebih sulit. Namun terlepas dari itu, ada keinginan kuat dari hati saya bahwa saya ingin berusaha masuk ke babak selanjutnya. Oleh karena itu, saya mulai mengikuti les Bahasa Jerman. Awalnya, saya merasa ragu karena menurut saya percuma saja kalau belajar dalam waktu singkat untuk mengejar sebuah prestasi. Tentu saja ini tidak akan cukup, bukan?
Namun, saya tetap pantang menyerah dan berharap bisa mengerjakan soal-soal Olimpiade Bahasa Jerman nanti. Setelah saya mengikuti beberapa kali les, saya dapat mengetahui beberapa materi yang belum saya ketahui sebelumnya. Ketika hari-H Olimpiade Bahasa Jerman, saya mencoba mengerjakan dan memberi yang terbaik. “Apapun hasilnya saya sudah all out,” batinku kala itu. Dan, betapa terkejutnya saya ketika mengerjakan soal-soal Olimpiade. Diluar dugaan ternyata soal-soal Olimpiade Bahasa Jerman yang diberikan begitu sangat sulit. Beberapa minggu kemudian, Goethe-Institut -tempat diselenggarakannya olimpiade – memberikan informasi kepada guru pembimbing bahwa hasilnya saya belum lolos. Namun, suatu hari nanti saya akan ikut berkompetisi lagi. Saya optismis bisa dan tidak akan pantang menyerah.
(Kontributor: Fransiska Maria, Siswi XI Bahasa SMA Santa Maria Surabaya)