Surabaya, Krisanonline.com– Setiap negara memiliki ideologi yang dipegang erat oleh warga negaranya, tidak terkecuali Indonesia. Ideologi tersebut digunakan sebagai alat untuk menuntun jalan kehidupan setiap warga, baik secara personal maupun kelompok. Selain itu, ideologi juga memiliki peran sebagai pembentuk karakter suatu bangsa. Pancasila adalah ideologi dan salah satu identitas nasional yang dimiliki oleh Indonesia. Identitas nasional digunakan sebagai acuan dari kehidupan bernegara seperti acuan tindakan politik dan hukum-hukum yang ada (Berenskoetter, 2017). Sebagai identitas nasional dan ideologi Indonesia, Pancasila memiliki peran yang vital dalam menjaga ideologi dan budaya Indonesia di era globalisasi ini.

Dalam era serba digital ini, pengaruh media dalam kehidupan kita tidak dapat diremehkan. Seperti yang dilansir di Statista, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia, dengan 171,26 juta penduduk yang memiliki akses internet per tahun 2019. Dengan adanya pandemi COVID-19, penggunaan media sosial meningkat karena interaksi antarindividu dilakukan secara daring. Media sosial digunakan sebagai wadah bagi masyarakat untuk beropini, mendapatkan berita, sarana hiburan, dan lain-lain. Namun, kelemahan media sosial terletak pada kurangnya sistem filtrasi yang menyebabkan informasi untuk beredar dengan cepat tanpa adanya keterbatasan. Oleh karena itu, batas-batas negara seolah memudar karena negara-negara saling terkait dengan negara lain (McGrew, 2014). Fenomena tersebut disebut sebagai globalisasi yang membuat budaya dan ideologi lokal suatu negara bercampur aduk dengan budaya dan ideologi asing.

Globalisasi kerap disebut sebagai westernisasi karena banyaknya budaya dan ideologi Barat yang tersebar ke suatu negara karena proses globalisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), westernisasi diartikan sebagai pemujaan terhadap Barat yang berlebihan atau pembaratan. Westernisasi juga dapat diartikan sebagai proses memengaruhi negara-negara bukan Barat dengan gagasan, nilai, dan praktik Barat seperti ilmu, pendidikan, politik, ekonomi, budaya, bahasa, agama, dan teknologi (Thong, 2016). Barat yang dimaksud dalam konteks westernisasi adalah Kanada, Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Pengimplementasian dari pemikiran-pemikiran Barat tidak selalu berdampak negatif bagi suatu negara. Contohnya adalah paham liberalisme dan feminisme yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Namun, layaknya semua pemikiran, pemikiran-pemikiran Barat jauh dari kata sempurna.

Dampak negatif dari westernisasi yang sering dibicarakan adalah terkikisnya ideologi dan budaya bangsa karena sistem filtrasi di media sosial kurang kuat untuk melawan paham-paham yang berbahaya bagi rakyat Indonesia. Ideologi dan budaya asing tersebut lolos dari pantauan pihak-pihak yang bertanggungjawab dan kemudian sampai ke genggaman rakyat. Hal tersebut berbahaya karena dapat mengancam eksistensi dari bangsa Indonesia sebab dapat digunakan sebagai alat untuk memudarkan rasa persatuan bangsa yang mengakibatkan oknum-oknum untuk lebih mudah mengadu domba dan memecah belah rakyat. Untuk mengatasi hal tersebut, rakyat harus lebih mendalami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka agar rakyat tidak rentan untuk dipergunakan oleh oknum-oknum tersebut.

Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menyaring ideologi dan budaya asing yang kurang sesuai dengan Indonesia karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah terkandung dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari zaman dahulu (Ristekdikti, 2016). Ideologi dapat diartikan sebagai sistem pemikiran dan cita-cita yang menjadi dasar teori dan kebijakan dari ekonomi atau politik. Suatu negara umumnya memiliki ideologi karena ideologi tersebut digunakan sebagai penentu arah jalan negara. Setiap ideologi memiliki letak yang berbeda dalam spektrum politik. Spektrum politik adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan posisi politik menjadi dua sisi, yaitu sisi kiri dan kanan. Sisi kiri terdiri atas ideologi-ideologi yang menjunjung tinggi kesetaraan seperti sosialisme, sedangkan sisi kanan terdiri atas ideologi-ideologi yang bersifat konservatif. Setiap ideologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan aspek dari ideologi yang sesuai dengan kehidupan di Indonesia. Selain itu, Pancasila juga dapat dijadikan sebagai alat untuk melindungi pemikiran rakyat dari pemikiran-pemikiran radikal kiri seperti komunisme atau radikal kanan seperti terorisme. Media adalah wadah bagi kaum radikal untuk memanipulasi rakyat dengan propaganda mereka. Rakyat dihasut untuk menyebarkan pemahaman tersebut yang kemudian dapat menghancurkan bangsa dari dalam.

Sementara itu, budaya adalah adat istiadat, seni, lembaga sosial, dan prestasi suatu bangsa, orang, atau kelompok sosial tertentu. Menurut KBBI, budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Setiap wilayah di dunia memiliki budaya masing-masing. Namun, di era globalisasi ini, banyak negara yang mempromosikan budaya mereka karena hal tersebut tergolong sebagai soft power. Soft power dapat digunakan sebagai alat untuk memengaruhi pendapat negara lain terhadap suatu negara (Nye, 1990).  Contohnya adalah grup musik terkenal BTS yang menjadi wajah dari soft power Korea Selatan. BTS dapat memengaruhi pendapat kita mengenai Korea Selatan karena saat kita berpikir tentang Korea Selatan, kita hanya melihat sisi baiknya saja. Media digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan soft power ini. Indonesia memiliki banyak budaya yang patut dibanggakan seperti gotong royong. Sayangnya, keberadaan budaya ini terancam dengan masuknya budaya-budaya Barat yang negatif seperti seks bebas, penggunaan narkoba, dan lain-lain.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, ideologi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara karena dapat digunakan sebagai alat penuntun bangsa. Pancasila adalah ideologi indonesia yang digali dari kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk menyaring ideologi dan budaya asing yang sesuai dengan keadaan Indonesia. Peran dari Pancasila meningkat karena kita sekarang berada di era globalisasi atau westernisasi yang ditandai dengan meningkatnya kualitas komunikasi dan penyebaran informasi melalui media. Ideologi dan budaya Indonesia terancam keberadaannya karena media menjadi sarana untuk penyebaran ideologi dan budaya asing yang dapat merusak jati diri bangsa. Pancasila memiliki peran sebagai perisai Indonesia agar keberlangsungan negara dapat terjaga.

(Kontributor: Desak Nyoman Savitri Indiraswari Devi, Mahasiswi Universitas Airlangga, Prodi Ilmu Hubungan Internasional)

 

Referensi:

Berenskoetter, Felix, 2017. Identity in International Relations. Oxford: Oxford University Press.

McGrew, Anthony, 2014. “Globalization and Global Politics”, in Baylis, John, et al. (eds.), 2014. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.

Nurhayati-Wolff, Hanadian, 2021. “Internet Usage in Indonesia – statistics and facts” [online]. in https://www.statista.com/topics/2431/internet-usage-in-indonesia/ [accessed 29 Desember 2021].

Nye, Joseph, 1990. Soft Power. Lubbock, TX: Slate Group.

Ristekdikti, 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Thong, Tezenlo, 2016. Colonization, Proselytization, and Identity: The Nagas and Westernization in Northeast India. Aurora, CO: Palgrave Macmillan.

 

gambar: www.google.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini