Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, Darwis atau lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye, adalah seorang penulis novel Indonesia. Ia lahir pada 21 Mei 1979 di Lahat dari keluarga sederhana. Tere Liye meyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengahnya di SDN 2 Kikim Timur dan SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatra Selatan. Lalu melanjutkan sekolahnya ke SMAN 9 Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Di tahun 2016, ia menerbitkan beberapa karya. Salah satunya adalah cerita fiksi yang berjudul “Hujan”. (Gramedia, 2016; 324 halaman). Ia menceritakan kehidupan manusia melalui sudut pandang seorang gadis bernama Lail di tahun 2042 ke depan. Di tahun itu jumlah penduduk bumi sudah mencapai 10 miliar dan dunia mengalami overpopulasi. Manusia mencari cara untuk mengendalikan masalah tersebut. Tetapi tanpa sepengetahuan mereka, alam memberikan solusinya. Cerita dimulai dengan Lail yang berada di ruang terapi Dokter Elijah yang modern dan serba canggih. Lail pun mengungkapkan bahwa ia ingin melupakan “hujan”. Lalu cerita pun kembali ke masa lalu Lail di saat ia masih berumur 13 tahun dan hidup bersama orang tuanya. Ia hendak berangkat ke sekolah bersama ibunya lewat kereta api bawah tanah saat terjadi letusan gunung berapi purba. Dampak dari letusannya mencapai kota dimana Lail tinggal. Kereta api yang ia tumpangi pun terpaksa berhenti mendadak karena dampak letusan. Tidak lama setelah itu, gempa sebesar 10 skala richter melanda. Menyebabkan kerusakan lebih parah. Lail, dan ibunya dan beberapa penumpang lain terjebak di bawah tanah. Saat hendak di evakuasi, terjadilah gempa susulan yang merengut nyawa ibunya sehingga tinggal Lail seorang diri dan anak laki laki bernama Esok yang sempat menyelamatkannya. Keduanya sama-sama kehilangan keluarga, namun keduanya harus berjuang bertahan hidup sebatang kara. Meskipun sama-sama mengalami trauma mendalam, Mereka mencoba bebas dari hal itu. Mereka menyibukkan diri di tenda pengungsian. Sampai beberapa bulan kemudian segalanya pulih.
Esok adalah anak yang cerdas dan baik. Ia dan Lail berteman sangat dekat semenjak kejadian itu, Esok pun menjadi sosok kakak untuk Lail, dan kelak ia akan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Lail. Karena kecerdasannya, Esok diadopsi wali kota dan disekolahkan di sebuah sekolah yang bagus. Bahkan karena kemampuannya itu, ia bisa loncat kelas dan akhirnya masuk universitas unggulan. Sayangnya Esok dan Lail harus berpisah kerena Esok diadopsi wali kota dan Lail harus tinggal di panti asuhan. Meskipun begitu, keduanya amat dekat. Dengan kejeniusannya ia direkrut menjadi tim penelitian dengan misi menyelamatkan krisis lingkungan di bumi. Hal itu hanya Lail yang tahu. Tapi ternyata, hal ini memberikan konflik signifikan pada hubungan Lail dan Esok. Cerita tadi pun kembali ke ruangan terapi dokter Elijah dimana Lail selama ini menceritakan kisah hidupnya dan alasan mengapa ia berkunjung ke ruangan tersebut.
Novel ini banyak membahas banyak tentang perasaan kehilangan dan kesedihan. Tetapi juga membahas tentang persahabatan dan ikatan antara individu tokoh. Tere Liye menguraikan semua perasaan tersebut dalam suatu karya yang indah sehingga menarik pembaca masuk dalam dunianya, dan ikut merasakan rasa kehilangan dan kesedihan yang dialami oleh Lail. Kisah ini diceritakan dengan kalimat-kalimat yang santai dan mudah dipahami, sehingga siapapun yang membaca kisah ini akan hanyut di dalamnya. Bahkan bahasa yang digunakan terkesan komunikatif, sangat mudah dipahami dan puitis sehingga menyentuh hati para pembacanya. Untuk menceritakan kisah ini, Tere Liye menggunakan alur mundur. Bukan alur maju seperti kebanyakan novel pada umumnya.
Hal ini memberikan keunikan tersendiri untuk novel ini karena kisah yang diceritakan berawal dari masa depan lalu mundur ke belakang sehingga pembaca harus membaca semuanya untuk tahu apa yang terjadi. Mungkin akan sedikit membingungkan bagi sebagian orang tetapi tentunya hal ini membuat novel ini unik. Juga dengan latar waktu dan tempat di masa depan, memberikan sesuatu yang baru pada tema novel-novel di Indonesia. Tere Liye mecoba mendalami cara penulisan alur cerita yang berbeda dari penulis lain dan ia pun berhasil memikat perhatian banyak orang dengan novel ini. Juga dengan tema yang dia angkat mengandung unsur science fiction dan teknologi maju juga menjadi suatu kelebihan dari novel ini. Meskipun banyak kelebihannya, bukan berarti novel ini tidak memiliki kekurangan. Salah satu dari kekurangannya adalah kurang menariknya cerita di bagian awal setelah insiden bencana alam tersebut. Karena diceritakan bahwa semua kembali seperti biasa, Lail dan Esok sama sama meneruskan hidupnya layaknya manusia biasa. Alur di Bagian tersebut agak lamban dan sedikit membosankan untuk dibaca. Tetapi tentu saja ending dari cerita ini akan menghapus semua perasaan bosan tersebut.
Novel “Hujan” ini merupakan bacaan yang menarik. oleh karena itu buku ini cocok untuk remaja, dewasa atau pun orang tua serta dapat dibaca oleh semua lapisan masyarakat, karena bahasa yang digunakan mudah dipahami dan nilai-nilai yang didapat akan mampu memberikan banyak pelajaran berharga . Dengan alur yang unik pasti akan membuat pembaca penasaran. Tema yang ditulis juga akan memikat pembaca untuk bersimpati dan merasakan apa yang dirasakan tokoh utamanya. Novel ini pastinya akan meninggalkan kesan mendalam dalam hati masing masing pembaca.
(Kontributor: Sasha Kiara Subagiyo, Siswi XII IPS, SMA Santa Maria Surabaya)