Surabaya, Krisanonline.com– Krisanis, siapa yang tidak happy saat mendapat angpao di tahun baru Imlek? Ya, siapa pun pasti akan senang, terkhusus anak-anak baik dari usia T.K. maupun SMA. Mereka pasti berlomba-lomba tidak akan melewatkan momen spesial ini. Dalam perayaan Imlek setiap orang yang telah berkeluarga akan berkumpul bersama dan membagi-bagikan angpao (baca: uang). Dalam kalender Tiongkok, tahun baru Imlek  2019 ini merupakan tahun shio babi. Nah, uniknya, saya pun juga agak heran setiap merayakan tahun baru imlek di Indonesia kok selalu hujan. Tentu saja adanya hujan ini menandakan sebuah berkah melimpah bagi siapa saja yang merayakannya.

Krisanis, pada kesempatan ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang perayaan imlek saat saya bersama keluarga. Tepatnya Senin, 4 Februari 2019 lalu, saya berangkat menuju Madiun untuk merayakan tahun baru Imlek. Saya berangkat satu hari sebelum Imlek karena untuk mempersiapkan tata ruang tamu untuk keluarga-keluarga besar yang akan hadir di Madiun. Saat Imlek berlangsung, kami saling mengucapkan Gong Xi Fa Chai yang berarti selamat dan semoga kaya. Kehangatan pertemuan semakin terasa karena tak lupa hadir makanan yang selalu setia menemani yaitu kue keranjang. “Kue keranjang itu bulat David. Kue keranjang ini menandakan makna kebersamaan, kedamaian, dan persatuan,” ungkap orangtuaku saat memberi petuah-petuah bijak di momen penuh berkah itu. 

Tak kalah seru acara yang dinanti-nanti adalah berkunjung ke rumah keluarga  besar dan keluarga dekat agar bisa saling berbagi cerita. Dan, biasanya dilanjutkan dengan makan bersama di sebuah resto. Dalam tahun baru imlek ini kami makan bersama dengan penuh suka cita. Makan bersama menandakan sebuah kebersamaan dan kedamaian yang akan selalu terpatri sekarang dan selamanya. Makan bersama juga bermakna untuk mengikat tali persaudaraan agar lebih erat dari hari ke hari.

Namun, di atas semua, perayaan tahun baru Imlek ini semoga menjadi berkat dan rahmat bagiku untuk menjemput mimpi-mimpiku agar menjadi pelajar dan orang yang sukses di kelak kemudian hari. “Semoga Tuhan memberkati,” batinku saat-saat dalam keheningan.

(Kontributor : David Riski Tanoto, Alumni Jurusaan IPA, SMA Santa Maria Surabaya)

53 KOMENTAR

  1. Menginspirasi sekali tulisan nya..contoh real dari citizen jurnalism semoga dapat mendorong lebih banyak lagi muncul citizen jurnalism yang kreatif dan inspiratif dari generasi muda sanmar

Tinggalkan Balasan ke Chelsia Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here