Surabaya, KrisanOnline.com – Krisanis, Liburan 2019 kemarin, aku kembali ke kota tempat asalku ke Rutengke, Labuan Bajo. Perjalanan dari Rutengke Labuan Bajo lumayan lama sekitar 3 atau 4 jam. Namun, hatiku berbunga-bunga karena aku ditemani kakakku tercinta sehingga perjalanan tak terasa.
Sesampainya di Labuan Bajo, kami makan siang. Betapa kesalnya saat semua makanan yang kami pesan di-cancel tanpa alasan yang jelas.Dan kami pun segera menuju ke bandara Komodo (Labuan Bajo). Terkadang apa yang sudah kita prediksi meleset jauh dari angan-angan. Tak hanya itu ternyata aku harus menunggu cukup lama karena pesawat delay selama 4 jam lebih.
Lamunanku buyar ketika ada seorang ibu yang tiba-tiba berteriak marah-marah karena delay pesawat tersebut. Begitu marahnya sampai wajah ibu itu memerah. Emosi yang tak tertahankan lagi. Sebab, dia harus menginap satu hari lagi agar bisa ke pulang ke Jakarta dengan penerbangan besoknya. Benar-benar ini sebuah ujian kesabaran buatku dan pelajaran yang sangat berharga.
Memang siapa pun kesal karena delay.Tapi kalau itu harus terjadi demi kebaikan penumpang ditambah lagi cuaca saat itu berkabut …ya apa boleh buat. Bukankah keselamatan lebih penting daripada lainnya. Delay pasti ada sebabnya. Bukan kita saja yang rugi, maskapai penerbangan juga rugi. Aku merasa maskapai penerbangan cukup bertanggung jawab karena mementingkan keselamatan penumpang daripada pendapatan.
Bagiku pengalaman yang paling berharga adalah menahan emosi dan lebih sabar. Berdoa agar permasalahan cepat selesai adalah salah satu cara menahan emosi menjadi sebuah kesabaran. Semua kejadian buruk dan baik adalah kehendak Tuhan. Namun, kita harus mampu untuk tetap tenang dan sabar. Yakinlah hasilnya pasti bagus dan menyenangkan. Jadi, bersabarlah, ya Krisanis!
(Kontributor: Meesie Carolina, Siswi X MIPA 1, SMA Santa Maria Surabaya)