Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, Cyrillus Harinowo, seorang tokoh ekonom Katolik di Indonesia, lahir di Yogyakarta pada hari Senin tanggal 9 Februari 1953. Istri beliau bernama Fransiska Huberta Iyangsari dan keempat anak beliau bernama Maria Frederica Permatasari, Frans Augusta Adipermana, Maria Kartika Purisari, dan FredericusAdiwaskita. Beliau pernah mengenyam pendidikan di SMA Kolese De Britto, S1 jurusan Akuntansi di Universitas Gadjah Mada yang mendapat gelar sarjana, S2 jurusan Ekonomi Pembangunan di Williams College yang mendapat gelar master, dan S3 jurusan Moneter dan Ekonomi Internasional di Vanderbilt University yang mendapat gelar doktor.
Setelah tiga tahun lulus S3, beliau menjabat sebagai Staf Menteri Perdagangan selama kurang lebih satu tahun dan mulai meniti kariernya dengan berkarya di Bank Indonesia sebagai Kepala Urusan Pasar Uang dan Giralisasi dan Urusan Operasi Pengendalian Moneter pada tahun 1994-1998 hingga menjadi pejabat setingkat direktur yang dilalui selama lebih kurangnya dua puluh lima tahun.Selain berkarya di Bank Indonesia, beliau juga sempat menjadi Wakil Direktur Eksekutif dan Penasihat Bantuan Teknis dan Departemen Urusan Pertukaran di International Monetary Fund(IMF) serta menjadi salah satu delegasi dalam sidang Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI) dan Consultative Group for Indonesia (CGI), sidang tahunan IMF serta Bank Dunia. Pada tahun 2003, Pak Harinowo sempat bekerja di BCA sebagai Komisaris Independen, yang kemudian pada tahun 2004 hingga saat ini bekerja di PT Unilever Indonesia Tbk sebagai Komisaris Independen pula.
Tak hanya berkiprah sebagai direktur atau delegasi, namun beliau juga mengajar di beberapa universitas ternama, serta menjadi pembicara dan penuIis artikel di dalam dan di luar negeri melalui seminar, forum, maupun media massa. Selain itu, banyak buku yang sudah ditulis dan dipublikasikan oleh beliau yang berjudul “Utang Pemerintah” yang diterbitkan pada tahun 2002, “IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF”yang diterbitkan pada tahun 2004, dan “Musim Semi Perekonomian Indonesia” yang diterbitkan pada tahun 2005.Bahkan ketika masih berkarya di Bank Indonesia, Pak Harinowo beserta beberapa banker menggelar berbagai kegiatan penggalangan dana untuk GOTAUS (Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari).
Ada beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh Bapak Cyrillus Harinowo sebagai Komisaris Independen PT. BCA Tbk, yaitu mengenai peningkatan kualitas sumber daya manusia dan organisasi melalui sebuah acara Conference and Expo Indonesia Knowledge pada tahun 2013 silam serta mengenai pentingnya adaptasi industri perbankan di era globalisasi ini dalam sebuah forum di Menara BCA, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada September 2018 lalu.Selain itu, Bapak Cyrillus Harinowo bersama dengan Dr. Frans Teguh, M.A. sempat menjadi pembicara dalam sebuah webinar bertajuk “Membangkitkan Desa Wisata di Era Baru” yang terbuka untuk umum terutama untuk desa yang dapat menjadi destinasi wisata di mana selaku pemerhati pariwisata, beliau berfikir bahwa pandemi covid-19 ini dapat memunculkan kesempatan bagi industri pariwisata di daerah untuk mengembangkan potensi yang ada.
Bagi saya, Pak Harinowo patut untuk dijadikan contoh positif bagi generasi penerus. Melalui karya dan kinerjanya, beliau dapat membuktikan bahwa seorang Katolik juga bisamenjadi inspirasi bagisemua orang yang ada di sekitar. Beliau juga tidak pernah melupakanTuhan serta keluarganya, terutama istri dan keempat anaknya. Menurut saya, hal itulah yang membuat beliau selalu sukses dan akhirnya menjadi seorang ekonom yang penting di Indonesia. Sungguh sebuah perjalanan karir yang panjang dan menginspirasi setiap insan muda Indonesia untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi lebih baik dengan tetap berpegang pada Tuhan.
(Kontributor: Cecilia Diva Kristyarini, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Airlangga)