Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, saya merupakan anak yang suka dengan dunia olahraga, khususnya olahraga yang tergolong bola besar. Sejak TK, saya banyak menghabiskan waktu luang dengan bermain bola di depan rumah dengan teman sebaya. Selain itu, saya juga gemar menonton pertandingan-pertandingan sepak bola di layar kaca. Hal ini membuat saya tertarik untuk mengikuti ekstrakurikuler futsal sejak di bangku SD.
Hingga suatu ketika, saya terpilih menjadi tim inti yang akan bermain di suatu turnamen. Saat itu saya masih kelas 5 SD. Hasil turnamen yang kami ikuti di luar
sekolah tersebut kurang memuaskan, namun tidak membuat semangat saya menurun untuk berlatih. Saat kelas 6 SD, Kampus sekolah saya mengadakan kompetisi futsal dari SD sampai dengan SMA, yang diikuti oleh banyak sekolah di Surabaya. Kami sebagai tim tuan rumah mengirim 2 tim untuk bertanding.
Pada pertandingan pertama, saya berhasil mencetak 1 gol yang merupakan gol pertama saya di sebuah kompetisi. Namun sayang, tim saya harus pulang paling pertama setelah 2 gol tanpa balas dari tim musuh. Tiba saatnya saya duduk di bangku SMP. Saat form pendaftaran ekstrakurikuler dibagi, tanpa pikir panjang saya langsung mengisi futsal. Ternyata selama ini banyak teknik dasar yang sebenarnya saya salah dalam menerapkannya. Tendangan saya sangat lemah. Ekstrakurikuler futsal di SMP saya dibagi menjadi 3 hari, 2 hari untuk umum dan 1 hari untuk inti.
Setelah terpilih menjadi tim inti, saya semakin semangat sampai-sampai mengikuti 3 hari berturut-turut. Tendangan saya yang awalnya sangat lemah perlahan membaik. Ketenangan dan cara berpikir yang baik juga semakin terlatih. Semakin hari, saya semakin dilirik oleh pelatih saya sehingga pada kelas 2 SMP, saya dipilih menjadi salah satu pemain dalam suatu turnamen yang diselenggarakan oleh sekolah lain.
Tak hanya itu, saya juga berangkat untuk mengikuti Technical Meeting bersama pelatih saya. Hal tersebut merupakan pengalaman berharga saya dalam dunia kompetisi. Pada saat pembagian bagan, tim saya langsung dihadapkan dengan tim tuan rumah. Hal tersebut membuat kami sedikit kecewa dikarenakan pertandingan melawan tim tuan rumah akan sangat menarik apabila babak final. Setelah melewati 3 pertandingan sengit dengan sistem gugur, tim kami pun melaju ke babak final. Di awal pertandingan, tim kami tertinggal 3 gol tanpa balas. Namun setelah babak kedua, pemain-pemain lawan pun melakukan berbagai kesalahan yang membuat skor imbang menjadi 3-3, dan dilanjutkan babak pinalti. Penentuan penendang pinalti pun dimulai. Salah satu langganan ekeskutor penendang pinalti dari tim kami sedikit cedera, sehingga membuat dirinya tidak percaya
diri untuk mengeksekusi.
Pelatih pun mulai melirik satu per satu, yang akhirnya pandangan matanya berakhir pada saya. Saya dipilih menjadi eksekutor pinalti, namun sayang tendangan saya melambung mengenai mistar gawang. Pada akhirnya, skor pinalti menjadi 3-1 untuk lawan. Hal ini menjadi pengalaman yang menyenangkan, namun juga menyedihkan. Menurut saya, menang pada perebutan juara 3 akan memiliki perasaan yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan kalah di babak final.
(Kontributor: Leonardus Krishna Yoga, Siswa XI IPA 2, SMA Santa Maria Surabaya)