Surabaya, Krisanonline.com – “Beneran nggak bisa sama sekali?” tanya sepupu saya saat kumpul keluarga tahun baru 2023 kemarin. Saya pun mengangguk. Ya, saya sama sekali tidak bisa memasak. Sampai saya berusia 16 tahun ini. Saya sama sekali tidak pernah memasak di dapur. Seorang anak kelas XI SMA tidak berani menyalakan kompor sendiri. Terlebih lagi perempuan. Terakhir kali saya memegang knob kompor rasanya saat SMP. Saat itu, saya mencoba menyalakan kompor untuk membuat Indomie sendiri malam-malam.
Sebenarnya saya sering memperhatikan mama saya saat hendak menggunakan kompor. Saya melihat bagaimana mama memutar knop kompor untuk menyalakan dan mematikan bahkan sampai melihat tutorial menyalakan kompor di YouTube. Namun, saat saya coba sendiri, rasanya knob kompor itu tidak bisa diputar sama sekali. Mau saya paksa nanti patah. Saya pun jadi overthingking takut patah dan kompornya meledak. Sejak itu saya tidak berani dekat-dekat kompor lagi.
Mama saya sendiri sempat mengeluh karena sampai sekarang saya tidak bisa menyalakan kompor sendiri. Bahkan saat bermain di rumah sepupu. Saya hanya bisa melihatnya memasak dari pintu dapur. Pernah saya coba membantu menggoreng sosis. Karena kami tidak pernah menggoreng sosis sebelumnya, kami tidak tahu bahwa minyak untuk menggoreng sosis hanya sedikit. Alhasil, saat saya hendak membalik sosis, sosis itu meletup dan saya terkena cipratan minyak panas. Nah, sejak saat itu saya semakin anti dengan kompor. Namun, tahun sudah berganti. Sebentar lagi usia saya menginjak 17 tahun. Saya tidak ingin sampai dewasa nanti tidak bisa memasak sama sekali hanya karena takut kompor.
Apa kata orang nanti. Padahal mama saya sendiri sangat ahli memasak. Oleh karena itu, di tahun 2023 ini saya memiliki resolusi untuk bisa memasak. Tentu dimulai dengan berani menyalakan kompor sendiri. Setidaknya saya harus bisa memasak makanan sederhana dahulu seperti telur dadar atau nasi goreng.
Jika sudah menguasai dasar memasak nanti, barulah saya mempelajari resep-resep makanan berat yang dari dulu ingin saya coba. Saya tidak bisa terus-terusan mengandalkan masakan mama ataupun delivery. Apa jadinya, jika saya sudah berkeluarga nanti. Sederhana memang, tapi saya sangat berharap resolusi ini dapat terealisasi. Semoga.
(Kontributor: Angelina Aiko Wijaya, Siswi XI MIPA 1, SMA Santa Maria Surabaya)