Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, televisi merupakan bentuk media massa yang mampu menampilkan gambar dan suara sekaligus. Penemuan televisi beberapa ratus tahun silam mampu membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Sejak ditemukannya sampai sekarang, televisi telah mengalami banyak perkembangan. Saat ini, televisi merupakan salah satau bentuk media massa yang popular di masyarakat. Masyarakat dari semua kelompok usia yang berbeda, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang-orang yang sudah lanjut usia, mengonsumsi acara yang ditampilkan oleh televisi.

Tayangan-tayangan di televisi, baik itu berupa film, kuis, berita, atau iklan mampu memengaruhi perkembangan sikap dan pola pikir seseorang, terutama bagi kita, anak-anak muda yang masih dalam fase pertumbuhan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh tayangan-tayangan televisi itu dapat berupa pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif, tergantung dari jenis dan isi tayangan tersebut.

Tayangan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan sikap seorang anak adalah film yang banyak mengandung nilai-nilai moral seperti “The Lion King”. Dalam film ini, kita dapat belajar tentang banyak hal, seperti tentang sikap kesatria, kesetiaan, jiwa kepemimpinan, tanggung jawab, dan masih banyak nilai-nilai moral lain. Jadi, selain bersifat menghibur, film ini secara tidak langsung juga mendidik dan membantu kita dalam membentuk sikap dan kepribadian.

Selain membantu proses pembentukan sikap, televisi juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan pola pikir. Melalui tayangan-tayangan ilmiah, kita diajak untuk berpikir lebih kritis. Salah satu contoh tayangan televisi yang sangat berguna bagi pembentukan pola pikir adalah kuis Indosat Galileo. Kuis ini mampu membuat kita berpikir dan mengembangkan logika. Tayangan televisi yang seperti inilah yang dapat disebut sebagai tayangan yang mencerdaskan pemirsanya.

Namun, belakangan ini, semakin sulit bagi kita untuk menjumpai tayangan-tayangan “mendidik” seperti itu di stasiun-stasiun televisi kita (Indonesia). Belakangan ini, jenis tayangan yang populer di masyarakat kita justru tayangan-tayangan yang mengandung unsur kekerasan, seks, dan mistik. Jenis tayangan-tayangan yang lebih berguna dan bersifat mendidik malah tidak laku dan dianggap ketinggalan zaman. Masyarakat kita lebih suka mengonsumsi tayangan-tayangan yang banyak mengandung unsur-unsur yang telah disebutkan di atas.

Yang pertama adalah kekerasan. Entah apakah ini merupakan salah satu akibat dari era globalisasi atau apa, tetapi rasanya masyarakat kita pada saat ini cenderung mengarah kepada masyarakat anarkis. Semakin banyak tindak kekerasan yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti bentrokan, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, dan masih banyak lagi. Anehnya, tindak-tindak kekerasan yang mengerikan ini ternyata memiliki daya jual tinggi. Lihat saja pada stasiun-stasiun televisi kita, banyak yang membuat acara yang khusus membahas tentang masalah-masalah kekerasan, bahkan ada beberapa di antaranya yang sampai memaparkan setiap detail kronologis kejadian. Mereka menyampaikan berita kekerasan itu seolah-olah merupakan suatu hiburan bagi pemirsa.

Hal selanjutnya adalah seks. Sebenarnya, ini merupakan salah satu akibat dari munculnya era keterbukaan. Kebebasan masyarakat yang dulunya dibatasi oleh berbagai norma dan aturan, kini menjadi bebas. Masyarakat menjadi semakin bebas berekspresi. Hal-hal yang dulunya dianggap tabu, kini sudah menjadi sesuatu hal yang biasa. Dalam masyarakat kita sendiri, tanpa disadari sudah terjadi pergeseran norma. Hal inilah yang membuat tayangan-tayangan berbau seks yang cenderung mengarah pada pornografi dan pornoaksi semakin banyak kita jumpai di televisi. Tidak usah jauh-jauh, misalnya dalam iklan saja. Banyak iklan yang menggunakan unsur seks di dalamnya, seperti iklan sepeda motor yang menggunakan figur seorang wanita dengan busana minim. Melihat iklan seperti ini, kadang membuat kita berpikir, sebenarnya yang ingin ditonjolkan motornya atau wanitanya?

Tayangan yang mengandung hal-hal yang bersifat mistis atau magis juga tak kalah banyak kita jumpai. Mulai dari sinetron-sinetron dan film-film layar lebar tentang alam gaib dan dunia lain, ajang uji nyali, sampai reality show yang berbau supranatural, semua itu merupakan contohnya. Mungkin tayangan-tayangan mistis seperti ini memang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia karena beberapa tahun terakhir ini perkembangannya sangat pesat dan jumlah peminatnya juga cukup banyak.

Mungkin kita tidak sadar, tayangan-tayangan yang mengandung unsur-unsur negatif, seperti kekerasan, seks, dan mistik dapat memberikan dampak yang juga negatif terhadap diri kita anak-anak muda yang masih dalam masa perkembangan terutama terhadap perkembangan sikap dan pola pikir kita.

Jika kita banyak menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan, kita akan jadi terbiasa dengan hal-hal yang berbau kekerasan. Akibatnya, kita akan berkembang menjadi orang yang kasar. Dalam pergaulan di masyarakat, kita terbiasa untuk bersikap kasar dan tak jarang melakukan tindak kekerasan, seperti memukul atau menampar. Tanpa kita sadari, kita dapat tumbuh menjadi seseorang yang brutal dan tidak punya perasaan.

Kemudian, jika kita banyak menonton tayangan yang berbau seks dan pornografi, kita akan terbiasa dengan hal-hal tersebut. Akibatnya, mungkin kita akan kecanduan, akan terus-menerus mencari tayangan-tayangan yang mengandung unsur seks tersebut. Lebih lanjut, tayangan-tayangan tersebut juga akan memengaruhi sikap kita dalam pergaulan, mungkin terutama terhadap lawan jenis kita, misalnya pacar. Karena kita terbiasa menonton adegan-adegan yang berbau seks, seperti melihat orang berpelukan, berciuman, dan sebagainya, kita jadi merasa bahwa hal itu memang merupakan bentuk ungkapan rasa sayang yang wajar dan sah-sah saja dilakukan oleh seorang pacar. Hal inilah yang nantinya dapat mendorong kita untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut, bahkan tindakan yang lebih jauh yang akhirnya membuat kita terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

Tida hanya tayangan-tayangan yang mengandung kekerasan dan seks yang dapat membawa pengaruh buruk bagi kita, tetapi tayangan yang berbau mistik pun ternyata juga tidak membawa pengaruh positif bagi kita. Menonton tayangan-tayangan yang berbau mistik membuat kita percaya pada kekuatan-kekuatan supranatural, kekuatan-kekuatan magis yang berasal dari dunia lain. Dampak yang kita rasakan, misalnya kita menjadi takut berada di tempat gelap dan berpikiran macam-macam. Selain itu, kita juga menjadi percaya akan adanya kekuatan selain Tuhan. Selanjutnya, ada kemungkinan kita juga akan menjadi percaya akan kekuatan dukun dan “orang-orang pintar”. Maraknya penggunaan susuk oleh artis-artis yang dipercaya dapat menambah kecantikan merupakan salah satu bukti nyata.

Jadi, jelaslah sudah, kita, anak-anak muda tidak memerlukan tayangan-tayangan televisi yang mengandung unsur-unsur kekerasan, seks, ataupun mistik. Kita memerlukan tayangan-tayangan televisi yang lebih mendidik, sesuatu yang lebih berguna bagi perkembangan jiwa dan pikiran kita.

Mengapa sih, orang-orang dewasa selalu berusaha untuk membuat kita lebih cepat dewasa? Kalau saja mereka tahu, sebenarnya kita tidak memerlukan tayangan-tayangan televisi seperti itu untuk menjadi dewasa. Kalau saja mereka mau bersabar menunggu beberapa tahun, nanti juga kita akan sampai di sana. Kalau saja mereka tahu, saat ini, yang kita inginkan adalah waktu untuk menikmati masa-masa kini. Kalau saja mereka tahu, kita tidak ingin dirusak dengan tayangan-tayangan televisi yang seperti itu. Namun, sayangnya mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu yang kita inginkan.

Kita, anak-anak muda, menginginkan tayangan televisi yang menggambarkan dunia yang penuh keindahan, penuh warna. Kita ingin melihat dunia dari kacamata positif. Kita tahu, ada banyak hal tidak menyenangkan di luar sana, tetapi apakah mereka (orang-orang dewasa di dunia televisi) tidak bisa menyajikannya dari sisi yang berbeda? Apakah mereka harus menyajikan sebuah berita pembunuhan dengan demikian kejinya? Tidak bisakah mereka mengemasnya menjadi lebih halus?

Mereka tahu, kita sangat penasaran dengan segala sesuatu yang berbau seks. Namun, mengapa mereka justru membeberkannya secara terang-terangan seperti itu? Apakah mereka tidak tahu, dengan begitu kita menjadi salah arah. Mereka seharusnya membimbing kita bukannya menjerumuskan.

Kemudian, tentang dunia-dunia gaib itu, ah … apakah mereka benar-benar perlu menggembar-gemborkannya seperti itu? Kita sudah tahu cerita-cerita seperti itu dari dongeng-dongeng yang kita dengar saat masih kecil. Saat itu pun dongeng-dongeng tersebut sering membawa kita pada mimpi-mimpi buruk. Jadi, mengapa mereka sekarang mengungkitnya kembali?

Andai saja kita dapat membuat mereka mengerti. Kita tidak membutuhkan tayangan-tayangan seperti itu di televisi kita. Kita tidak menginginkannya. Merekalah yang menginginkan tayangan-tayangan itu, bukan kita. Jadi, seharusnya mereka tidak memaksakannya pada kita. Kalaupun mereka tetap menginginkan adanya tayangan-tayangan seperti itu, setidaknya mereka tempatkan tayangan-tayangan itu pada jam-jam khusus. Jadi, kita mempunyai tayangan-tayangan televisi sendiri yang bebas dari unsur kekerasan, seks, dan mistik.

(Kontributor: Maria Chitra Astriana, Mantan Pemimpin Redaksi Krisan / Krisanonline SMA Santa Maria Surabaya, Periode 2005-2006, Naskah Esai Pemenang Juara I Kompetisi Esai Se-Jatim)

 

Gambar: www.google.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini