Penderiatan Yesus saat memanggul kayu salib

Surabaya, KrisanOnline.com. Krisanis,Jalan Salib dalam Bahasa Latin adalah Via Crucis atau Via Dolorosa yang biasa dikenal akrab sebagai Jalan Penderitaan. Ya, sebuah Jalan Penderitaan yang menggambarkan masa-masa terakhir penderitaan Yesus Kristus yang wafat di kayu salib. Devosi inilah yang coba dihayati oleh seluruh komunitas Kampus Santa Maria yang terwakili aksi teatrikal anak-anak kelas X dan XI SMA Santa Maria, bertajuk “Visualisasi Jalan Salib,” pukul 12.00 – 13.30 Wib, Jumat (12/04) di Pendopo Sanmar.  

Siang itu, seluruh siswa kelas X dan XI berkumpul di pendopo untuk menyaksikan pementasan Visualisasi Jalan Salib. Anak-anak duduk tertib dan khidmat sembari mendaraskan doa-doa dalam batin. Tak berlangsung lama, para pemain pun mulai masuk dari pintu depan Sanmar menuju lokasi pentas di sebuah lapangan kecil di depan pendopo. Beberapa aksi reportoar pun mulai diperagakan secara totalitas. Tak sedikit para penonton berlinang air mata melihat tampilan visualisasi yang dramatis dan menyentuh.

Dimulai saat Yesus dihukum mati, Yesus memikul salib, Yesus jatuh untuk pertama  hingga ketiga kalinya, Veronica yang mengusap darah dari wajah Yesus, Pakaian Yesus yang ditanggalkan, prosesi dramatis penyaliban, Yesus mati di kayu salib sampai tubuh Yesus yang akhirnya dipindahkan dari kayu salib.

Bapa selalu menyertai-Mu

“Saya tidak menyangka anak-anak begitu luar biasa dan tampil penuh penghayatan. Mereka benar-benar menghayati peran yang dimainkan saat pentas. Salut dan apresiasi positif untuk anak-anak,’ ujar Agustinus Sepanca atau biasa yang dipanggil Pak Asep. 

Kegiatan Visualisasi Jalan  Salib adalah salah satu bentuk devosi dalam ajaran Gereja Katolik. Kegiatan ini amat dianjurkan oleh Gereja. Penyelenggaraannya biasanya disesuaikan dengan masa-masa liturgi. Bersumber dan mengarah kepada liturgi Jumat Agung. Oleh karena itu, memang paling pas kalau Jalan Salib dilaksanakan pada hari Jumat. Devosi Jalan Salib ini baik dilaksanakan selama Masa Prapaskah.

Sedih dan berlinang air mata

“Ya, semoga kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin setiap tahun di Sanmar sebagai upaya untuk mengenang kembali peristiwa sengsara dan penderitaan Tuhan Yesus. Semoga pengorbanan Yesus yang besar menjadi tanda berharga bagi kita semua. Tidak hanya sebagai tanda perdamaian semata, tetapi juga bisa menjadi tanda kemenangan serta membebaskan kita dari segala dosa,” imbuh Pak Asep yang juga merupakan pembina ekstrakurikuler teater Sanmar. (Edward Louise Ongkojoyo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini