Aku duduk sendiri dibangku taman rumah sakit ini. Sampai sekarang daddy belum sadar dan masih dirawat di ruang ICU. Sekarang waktu menunjukkan pukul 10 malam. Aku masih tidak bisa berpikir jernih dan masih terpukul dengan keadaan daddy sekarang. Tak lama, dapat kurasakan seseorang yang bergabung duduk disebelahku. Aku menoleh sedikit untuk melihat orang itu. Ia adalah “teman wanita” daddy. Sungguh aku masih belum mengetahui namanya hingga sekarang. Aku tak menggubris keberadaannya. 

“Dulu tante punya sahabat, kami bersahabat lama sekali bahkan sebelum kami lahir ke dunia ini. Ya, walaupun kami sahabat, kami pasti pernah bertengkar. Jangan salah sangka. Dulu saat SMA tante sama sensitifnya seperti kamu saat ini. Tidak mau mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dan mengambil asumsi sendiri. Tetapi pertengkaran kami tak akan berlangsung lama. Sebenci apapun tante padanya, tante tahu dan sangat mengenalnya bahwa sebenarnya ia adalah orang yang tulus dan baik hati. Saya tidak akan bisa membencinya. Begitu pula dengan dia. Sampai suatu hari sahabat itu benar- benar pergi dari kehidupan saya untuk selama- lamanya…”

Aku dapat merasakan ia berhenti bercerita karena menahan tangisnya pecah saat ini.

Mungkin ia tak mau terlihat lemah saat berusaha menghiburku.

“Kami sudah berkomitmen bahwa kami berjanji akan membantu satu sama lain baik suka maupun duka,” lanjutnya.

Ia kemudian mengeluarkan secarik foto yang terlihat kuno dan memberikannya padaku. Akupun menerima foto itu dan melihatnya baik-baik.

“Yang kiri adalah sahabat tante dan yang kanan itu tante,” jelasnya sambil tersenyum tulus.

Aku sangat bingung. Tunggu! Yang membuatku bingung adalah mengapa ada mamaku disebelahnya?

Atau ini bukan mamaku? Tidak tidak! Aku sangat yakin dan jelas jelas ini adalah mamaku. Jika ini mamaku lalu yang disebelahnya tidak lain adalah….

“Tante Yuni???”       

Ia hanya tersenyum melihatku. Astaga, berarti selama ini aku berda di dekat sahabat mama? Apa yang terjadi? 

Mama memang selalu bercerita padaku tentang tante Yuni. Apapun yang mamaku ceritakan selalu bersangkutan dengan tante Yuni. Tetapi mamaku selalu bilang bahwa tante Yuni tinggal di luar negeri dan mereka sudah lama tidak kontak. 

“Kenapa tante bisa…” 

“Dari awal tante memang sudah akan memberitahumu, tapi kamu selalu menolak untuk bertemu dengan tante. Tante dan daddymu adalah sahabat baik karena ia adalah suami sahabat tante. Daddymu adalah pria yang sangat setia. Tante bisa pastikan itu. Setelah mendengar kabar bahwa mamamu sakit, tante langsung pulang ke Indonesia untuk menjenguk mamamu. Mama telah menitipkan kamu kepada tante karena mengetahui kondisi daddymu yang sedikit sakit. Tetapi dua tahun setelah mamamu meninggal, tante baru bisa pindah ke Indonesia sementara waktu,” jelas tante Yuni

Entah mengapa berada didekat tante Yuni aku dapat merasakan kenyamanan sama seperti saat aku berada di dekat mama dan aku baru menyadarinya. Aku merasa dekat dengan mama. Akupun memeluk tante Yuni sangat sangat erat. 

“Terima Kasih tante sudah mau membantu keluarga kami. Glady juga minta maaf kalau Glady bersikap kasar ke tante selama ini” jelasku

“Tak masalah, Glady. Daddymu saat ini mengalami patah hati yang sangat mendalam karena kepergian mamamu. Tante harap kamu bisa terus menghibur daddy dengan membanggakan dia. Setelah tante membuat kalian berdua akur, tante akan kembali ke Hongkong bersama keluarga. Tante sudah berada di Indonesia selama setahun. Saat tante kembali ke Hongkong, kamu harus berjanji sama tante untuk belajar lebih giat agar kamu bisa bekerja di pabrik parfum tante di Hongkong,” ucap tante Yuni sambil tersenyum manis.

Aku pun tersenyum bahagia. “Bagaimana tante tahu kalau cita citaku adalah peracik parfum?” tanyaku

“Tante sangat sangat tahu. Karena dulu kami berencana akan bekerja sama. Tante pemilik toko parfumnya dan mamamu menjadi peracik parfum terkenal. Ya, tetapi waktu berkata lain,” jelas tante Yuli yang bernostalgia.

Sungguh hari itu aku dapat merasakan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama menghilang dari dalam hidupku.       

                                                *           *           *           *

   “Mari kita sambut dengan meriah, Miss Glady Evanders.” Bersamaan dengan langkah kakiku terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah menyambut kedatanganku di atas panggung.

“Miss Evanders adalah salah satu peracik parfum terkenal dunia yang memulai karirnya di toko parfum kecil di Hongkong yang sekarang memiliki cabang yang menyebar di seluruh kota besar,” ucap salah satu pembawa acara yang sedang menyambutku.

Ya. Inilah aku sekarang. Glady Evanders seorang peracik parfum terkenal di dunia. Berkat dukungan keluargaku, teman-teman dan terutama tante Yuni. 

“Terima Kasih kepada semua orang karena telah menghadiri acara pameran hari ini dan selamat menikmati acara ini,” ucapku di atas panggung yang disambut tepuk tangan yang meriah.

Aku, akhirnya turun dari panggung untuk menemui orang spesial dalam hidupku. Daddy. Senyum daddy merekah saat melihat aku berjalan mendekatinya. Kemudian memeluknya dengan erat. Aku dapat melihat kerutan yang semakin terlihat jelas karena usianya yang membuat kulitnya keriput. 

Hubunganku dan daddy sudah membaik berkat tante Yuni. Kami saling memaafkan dan akan terus menyayangi satu sama lain. Daddy juga telah mengakui segala kesalahannya dan meminta maaf padaku setelah keluar dari rumah sakit.

 “Daddy sangat bangga sama kamu,Glady,” ucapnya.     

Tak lama seorang pria terlihat berlari dan terengah-engah karena habis berlari.

“Astaga, apakah aku terlambat lagi? Ohh…astaga maafkan aku. Ada beberapa klien yang sangat cerewet dan aku harus menyelesaikan itu terlebih dahulu, maaf,” jelasnya

“Kau ini, kenapa kau selalu telat? Bagaimana jika nanti kalau sudah menikahi anakku? Apakah kau juga akan telat saat hari pernikahan, anak muda?” ucap daddy yang sedang mengomeli pria itu.

Hei, ingat Jack? Jack Sanderson. Satu satunya sahabatku saat aku SMA. Ia yang selalu mengajari aku Matematika. Lucu memang, akhirnya aku jatuh hati padanya. Saat ini ia tengah meneruskan perusahaan daddy karena aku tidak bisa melanjutkan perusahaan daddy jika aku harus mengurus pekerjaanku sebagai peracik parfum.

Jack hanya tersenyum polos dan menunjukkan sederetan giginya.

“Oh ya! Glady, Selamat untuk acaramu ini. Sudah aku katakan dari awal namamu lebih cocok Glade (pengharum) daripada Glady, hahaha,” ucap Jack mengejekku diikuti tawa puasnya.

“Enak saja kau ini!” jawabku sembari meninju perutnya dan ikut tertawa. Aku yakin mama juga pasti ikut bahagia sekarang.

Mulai sekarang aku akan hidup lebih bahagia daripada sebelumnya.   (Tamat)

(Kontributor:  Adinda Putri, Siswi XII IPA 4, SMA Santa Maria Surabaya)

Ilustrasi gambar: Google.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini