Surabaya, Krisanonline.com – Di atas kasur yang empuk, aku membuka kedua mataku di pagi yang sejuk. “Ayo bangun” kata-kata yang selalu ku dengar di setiap pagiku, sangat sederhana namun berarti bagiku. Beranjak dari Kasur, melangkah terombang-ambing di atas ubin lantai yang dingin menuju pintu kamar mandi dengan seragam dan air panas yang sudah siap menantiku. Ku ikat rambutku, tak membiarkan sehelai rambut pun tuk menyentuh air ini, karena ini hanya untuk tubuhku yang kedinginan, aku mungkin akan mati kedinginan saat keluar dari kamar mandi jika ku basahi kepalaku juga. Hangatnya air panas hanya bertahan sementara lalu tubuh ini Kembali dingin, itulah mengapa susu coklat panas sudah siap menungguku di atas meja tuk meminumnya. Segelas susu sudah habis menghangatkan tubuhku, saatnya ku pergi ke sekolah, menaiki motor dan diantarlah aku oleh-nya setiap hari.
“Hei!” sapaku setiap pagi pada teman-temanku yang menunggu bel masuk di ruang tunggu, ku peluk mereka seraya melompat-lompat bahagia, lucu, dua hari saja aku tak bertemu mereka, terasa seperti dua tahun lamanya. Pagi yang begitu indah, cerah berawan putih seperti gulali. Suara sepatu terus terdengar setiap pagi, canda dan tawa menghiasi setiap sudut di sekolah.
Tapi, Itu dulu, sebelum dunia ini menjadi tak baik-baik saja.
Mendengar tempat aku hidup, tempat yang memperbolehkanku untuk bernapas dengan bebas ini tak baik-baik saja, bagaimana aku bisa baik-baik saja. Ku mencoba berpikir positif, pengalaman mengajarkanku untuk tetap positif dan percaya semua masalah pasti akan ada akhirnya. Namun, mereka tak kunjung pergi, bahkan sudah hampir dua tahun lamanya.
Pagiku masih sama, namun tampak berbeda. Ku buka mataku, “Ayo bangun” kata-kata yang masih terdengar sama di setiap pagiku, namun tampak lembut. Memelukku dan melangkah bersama dengan tubuhku yang masih terombang-ambing di atas ubin lantai yang dingin menuju pintu kamar mandi dengan seragam dan air panas yang sudah siap menantiku. Ku ikat rambutku seperti biasanya, karena ku tak ingin mati kedinginan. Susu coklat panas selalu siap menungguku di atas meja untuk meminumnya sampai habis. Setiap hari aku rasakan hangat yang sama di dalam tubuhku, “Terima kasih, Ma.” jika bukan dirinya, aku tak akan bisa merasakan kehangatan seperti ini di pagi hariku. Ku beranjak duduk di depan meja kerja milikku, menyalakan komputer, “Selamat Pagi” sapa di pagi yang berbeda, di pagi dimana mereka terus berkeliaran di luar dengan bebas, membuat siapapun tak akan bisa keluar rumah dengan bebas.
Kedatangan mereka, tak akan pernah bisa membatasiku untuk berkarya, tak akan pernah bisa membuatku jatuh lagi. Bagiku, kedatangan mereka justru membawaku pada diriku yang baru, diriku yang lebih baik dari sebelumnya, membawaku untuk terus melangkah, membawaku untuk kembali menjadi diriku sendiri, membawaku untuk kembali mencintai diriku sendiri.
Bahkan karenanya, aku menjadi dekat dengan keluarga kecilku. Hanya dengan dua tangan tak akan bisa menopang rumah kecil ini, di dalam rumah kecil ini ada keluarga kecil berlindung di baliknya, ada lebih dari dua tangan di dalamnya maka aku mulai ikut membantu untuk menopang kehidupan keluarga kecil ini untuk tetap kokoh ketika badai menerpa. Sekali lagi aku melangkah lebih dekat dengan keluarga kecil ini, begitu banyak perubahan terjadi, kedekatan ini seperti hubunganku bersama teman-temanku.
Ini sudah hampir dua tahun, menuju dua tahun, aku tak mungkin hanya bisa diam duduk di depan meja saja. Ada banyak hal yang sedang menunggu kehadiranku di masa depan, setiap orang memiliki garis mulainya masing-masing untuk tujuan yang sama, menuju ke-keindahan masa depan dan mungkin saat ini aku ada di belakang maka dari itu aku akan memulai dari sekarang, mengejar mereka yang sudah di depan.
Aku mungkin merindukan teman-temanku,Aku mungkin merindukan kenangan masa lalu,namun waktu terus berjalan, akan ada saatnya semua ini berlalu. Saat ini keadaan sudah membaik, aku harap suatu saat semua ini berakhir, dunia sudah baik-baik saja, dan semua kembali normal seperti dulu.
Lalu, mari kita memulai segalanya dari awal kembali. Karena awal yang baru telah menanti.
(Kontributor: Aurelia Alexandra, Siswi XI Bahasa, SMA Santa Maria Surabaya)